BENCANA 4 TAHUN SEKALI

Diperkampungan kecil ini aku kembali,setelah sekian lama aku dan keluagaku pergi melindungi diri dari bencana yang menimpa. Tak ada lagi kehidupan kulihat dari pandanganku. Lumpur cokelat pekat yang merendam hampir sampai lutut, air yang masih tergenang hingga mencapai pinggang, dan isi rumahku yang berantakan. Memasuki sebuah kamar dengan ranjang yang entah papan pengalas kasurnya berada dimana, muncul di permukaan air yang berwarna cokelat agak kehitaman. Lemari baju pun semuanya terbuka, entah isinya berada dimana aku tak tahu.

Sekitar jam 9 pagi air yang begitu keruh mulai lenyap, tetapi lumpur yang berwana cokelat pekat itu belum juga pergi, kami berusaha untuk membuangnya ke saluran air yang berada di depan rumah. Ketika kembali memasuki kamar, ternyata isi lemari baju itu sudah bercampur dengan kumpulan lumpur, kemudian kumenemukan jaket berwarna hitam, yang terlintas di ingatanku hanyalah sesuatu yang di awali dengan hujan yang begitu lebat sejak masuk Shalat Magrib dan tiba-tiba listrik padam dan kami mulai merasa resah dengan keadaan ini. keresahan ini di karenakan trauma atas bencana yang sering terjadi 4 tahun sekali ini.

Sesekali aku keluar di teras rumah dan malihat keadaan diluar. Hujan yang tak henti sejak 2 jam lalu dan listrik yang padam kurang lebih 15 menit sebelumnya, aku kembali keluar rumah dan ternyata air di saluran depan rumah sudah meluap, dan kini sudah mulai masuk kerumah. Kami mulai bergegas, menyelamatkan barang yang bisa di selamatkan, memindahkan barang elektronik ketempat yang lebih tinggi dengan harapan barang-barang tersebut tidak terkena air dan kami bisa menggunakannya lagi. Kursi yang berada di ruangan tamu mulai disusun setinggi kami mampu dengan bantuan cahaya dari motor dinas tua milik bapakku yang kala itu dia seorang PNS Dinas Kesejahteraan Sosial. Begitu cepat air itu bertambah dan mulai menenggelamkan apa yang ada di bagian rendah. Air sudah mencapai mesin dan knalpot motor dinas tua itu hingga menyebabkan motor dinas tua itu sudah tak menyala lagi. Bapak saya bergegas membawa motor itu ke tempat yang lebih tinggi tepatnya di Mesjid yang berada di belakang rumah kami. Tak ada lagi cahaya yang bisa bantu kami untuk menyelamatkan barang-barang yang lainnya. Begitu cepatnya air itu menenggelamkan semua isi rumah hingga mencapai hingga pinggang, kami tak bisa apa-apa lagi tanpa cahaya, kami hanya mampu mengunci pintu rumah dan menyelamatkan diri.

Kami mengungsi di Mesjid yang berada di belakang rumah kami karna datarannya yang lebih tinggi. Banyak warga sekitar yang mengungsi di Mesjid yang sama. Ku tak percaya dengan apa yang kulihat, mobil angkutan umum yang terseret terbawa air yang saat itu masih setinggi pinggang orang dewasa, tapi karna derasnya air mampu menyeret mobil angkutan umum tersebut. Kami yang mengungsi dan memohon kepada Sang Pencipta ( Allah Swt ) agar air segera surut. Seketika terlintas difikiranku tentang keadaan wanita tua yang mungkin saat itu berumur 70 tahunan ke-atas yang tinggal sendiri di rumah tua yang berada disekitar Mesjid. Lalu saya dan bapak saya pergi menjemputnya dirumahnya dan mengamankannya kedalam Mesjid itu juga.

Subhanallah, Ibuku adalah wanita yang biasanya tidak dapat menahan sakit saat terkena dingin yang berebihan, dia sehat dengan baju yang basah dan kala itu hawa begitu dingin dan sehingga akupun menggigil. Ketika itu ku tersadar bahwa kami benar-benar dalam lindungan Allah swt. Kami diberikan tempat untuk berlindung, kami diberikan kekuatan, serta kesehatan.

Kurang lebih jam 3 menjelang subuh, kami yang ada di Mesjid menerima kabar bahwa Jembatan besar yang menghubungkan kampung kami dan kampung sebelah putus dan sekitar 11 rumah warga yang berada di tepi sungai juga ikut terserat air. Salah satu pengurus Mesjid mengumandangkan Adzan dan seketika air yang sudah mulai memasuki Mesjid itu tiba-tiba surut, dan kami menjalankan Shalat subuh berjamaah dan memohon do'a agar semua ini segera berakhir.

Sang surya mulai terbit, ku ucapkan Syukur Alhamdulillah karna kami di beri tempat dan keselamatan atas bencana yang terjadi. Atas bencana tersebut Allah swt setelah mengingatkan kembali bahwa hanya Allah yang Maha Esa,Maha Pelindung dan Maha Segalanya.